"Sekarang kamu sedang mendengarkan Radio Universitas Tarumanagara (VOMS) Live Streaming dan juga dapat dinikmati via Radio 1098 AM"

Simbol dan Arsitektur

Selasa, 28 September 2010

SIMBOL


Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani. Symballo artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan bersama-sama dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu.[1] Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.


Simbol paling umum ialah tulisan, yang merupakan simbol kata-kata dan suara. Lambang bisa merupakan benda sesungguhnya, seperti salib (lambang Kristen) dan tongkat (yang melambangkan kekayaan dan kekuasaan). Lambang dapat berupa warna atau pola. Lambang sering digunakan dalam puisi dan jenis sastra lain, kebanyakan digunakan sebagai metafora atau perumpamaan. Lambang nasional adalah simbol untuk negara tertentu.

Kesalahan terbesar manusia dalam memahami simbol adalah menganggap bahwa simbol adalah substansi. Sehingga mereka kerap kali terjebak pada pembenaran terhadap semua hal yang hanya bersifat kasat mata sebagai kebenaran hakiki. Muara dari kesalahan itu adalah fanatisme. Contoh kasus: Agama X menyebut kata Tuhan dengan sebutan X1, sedangkan agama Y menyebutnya dengan Y1. Masing-masing agama mengklaim bahwa penyebutan yang benar adalah menurut cara mereka masing-masing. Di luar penyebutan itu, dianggap sebagai ajaran sesat.

Begitu pula dengan bahasa yang dipakai. Agama A menggunakan bahasa A1 baik dalam kitab sucinya, maupun dalam tata cara ibadah. Di lain pihak, agama B memilih menggunakan bahasa B1. Perbedaan simbolik yang hanya terletak pada permukaan itu dijadikan alasan untuk saling membenci, dan memusuhi satu sama lain.

ARSITEKTUR

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

* 1 Ruang lingkup dan keinginan
* 2 Teori dan praktik
* 3 Sejarah
* 4 Kesimpulan
* 5 Lihat pula
* 6 Pranala luar

Ruang lingkup dan keinginan

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

  • Teori dan praktik

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".

Pada zaman dahulu arsitektur bukan dipanang sebagai nilai seni dan fungsi dari bangunan itu sendiri, tapi lebih dipandang nilai religi dan simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Banyak contoh yang sudah ada, seperti Candi Borrobudur, bukan karena ke indahannya, tapi karena simbol manusia yang akan ke nirwana (Bodisatwa), atau Piramida Mesir, yang dibangun karena itu adalah makam raja Firaun, dibuat oleh ribuan pekerja, dan juga dimakamkan bersama hartanya.



Peliputan Jurnalistik Investigasi

Jurnalistik Investigasi

Beberapa ciri dari peliputan Investigasi yang dilakukan oleh seorang jurnalis atau waratwan mempunyai beberapa ciri.

Ciri peliputan investigasi yaitu:
1. Fakta baru, yaitu proses investigasi yang dilakukan oleh seorang jurnalist harus bersufat aktual atau baru. Sehingga lebih membawa pengaruh lebih dan dampak bagi masyarakat.
2. Orisinil, yaitu investigasi yang dilakukan benar-benar investigasi peliutan yang dilakukan sendiri oelh seorang jurnalist, tanpa ada campur tanagn orang lain. Sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara personal hasil investigasi peristiwa yang diliput.
3. Mengungkapkan apa yang oleh kekuasaan coba ditutupi: penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini, sebagai sebgai wartawan/jurnalis dan bekerja di meia, soerang wartawan harus beranai mengungkapkan seseuatu yang sengaja ditutup-tutupi, khusunya oleh kalangan atas yang mempunyai jabatan/weenang. Dimana hal yang ditutupi tersebut membawa dampak luas bagai masyarakat.
Sehingg, kita perlu tahu apa arti sebenarnya istilah Investigasi, karena banyak acuan yang membedakan investigasi dengan peliputan berita secara mendalam yang dilakukan oleh seorang wartawan.

Maka dapat disimpulkan, makan Artikel investigasi yaitu?
- Sebuah hasil penelusuran (cerita dibalik berita) yang dilakuakn oleh seorang juranalist/wartawan, dalam mengungkapkan suatu fakta.
- mengungkap masalah sistemik, bukan berita lepas. Disini lebih menekankan berita/informasi yang lebih komplek dari berita yang biasanya, dan lebih rumit untuk di ungkapkan ke publik.
- bermaksud memperbaiki hal-hal yang keliru. Maksudnya yaitu meluruskan sesuatu hal yang bukan dijalannya, sehingga membuat publik atau kalangan yang mempunyai jabatan akan kembali ke jalan yang seharusnya dan tidak melenceng.
- menjelaskan masalah sosial yang kompleks. Sebagai seorang investigasi, kita mempunyai kewajiban dalam hal emmberikan penjelasan kepada publik, tentang sesuatu peristiwa sosial yang membawa dampak secara meluas bagi masyarakat.
- mengunkap skandal. Disini lebih mengkerucut tugas seorang wartawan investigasi, karena mngungkap suatu peristiwa yang sengaja ditutup-tutupi, untuk membentuk suatu keadaan yang lebih detail dan emndalam, dalam mengungkap suatu fakta dan realita yang ada.

Sebagai seorang wartawan / juranalist investigasi, serng dihadapi kesulitan yang mengahadang, alam peliputan pencarianan fakta investigasi. Apalagi dalam hal investigasi yang bersifat komplek dan melibatkan pemerintah.
dalam hal ini terdapat beberapa hambatan yang dimiliki seorang wartawan investigasi antara lain.

Kesulitan dan hambatannya anatar lain :
- keterbatasan waktu, dana, sumber info. tentang apa yang akan di investigasi oleh seorang jurnalis/waratawan.
- keraguan editor, disini peran juranlist yang akan melakuakn investigasi sangat penting, dalam meyakinka apa yang akan kita investigasi.
- tantangan dari perusahaan tempat bekerja
- kasus white collar crime kurang menjadi perhatian publik ketimbang kasus politik (bulogate,dll)
- ancaman keselamatan
kunci: banyak jalan menuju roma.

Perempuan dalam Media Masa



Baru-baru ini banyak isu tentang keesetaraan egndre, dan yang paling dominan yaitu Perempuan.
Belakangan saat SBY menjabat yang kedua kalinya sebagai Presiden RI jilid II, media banyak membicarakan komposisi peran perempuan dikabinet SBY jilid II.
Selain itu juga banyak yang benpendapat komposisi akan lebih banyak peran perempuan di kabinet Indonesia Bersatau Jilid II kali ini.

Sebut saja beberapa menteri yang terilih, yakni dari kalangan kaum Hawa, ari Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan, damun komposisi berubah saat Sri Mulyani yang menjabat Menteri Keuangan di ganti.
Beberapa kesetaraan gende menjadi topik utama dibeberapa media massa nasional.


APA AKIBAT KETIDAKSETARAAN DAN KETIDAKADILAN GENDER?
1. Penomorduaan (subordination).
2. Peminggiran (marginalisation).
3. Beban Ganda (double burden).
4. Kekerasan (violence).
5. Pelabelan Negatif (stereotype).
Beberapa perempuan diberitakan dimedia massa dari beberapa angle yang diambil seperti diatas.
Beberapa orang benpenapan citra perempuan dimedia massa, terkadang malah lebih tersudutkan oleh media itu sendiri, dalam proses pemberitaan ataupun dalam iklan, yang memuat perempuan didalamnya.
Sebagai contoh, menurut TAMRIN TAMAGOLA, menurutnya terdapat 5 citra perempuan dalam iklan media massa, antara lain:
1. CITRA PIGURA: perempuan sebagai sosok yang sempurna dengan bentuk tubuh ideal.
2. CITRA PILAR: perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga.
3. CITRA PERADUAN: perempuan sebagai objek seksual.
4. CITRA PINGGAN: perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur.
5. CITRA PERGAULAN: perempuan sebagai sosok yang kurang pede dalam bergaul.
Kita melihat dalam perjalanan perkembangan media baik itu media cetak atau elektronik, perempuan lebih banyak menjadi bahan berita bagi sebuah media.
Dalam hal ini, kita tidak dapat menilai pasti apakah perempuan memang suka untuk di ekspose atau memang perempuan dianggap sebagai suatu komoditi yang menjanjikan keuntungan. Terlihat jelas selama ini permpuan hanya dijadikan media iklan komersial untuk pencapaian keuntungan. Tidak hanya sampai disitu, dalam tayangan sinetron pada media TV sering sekali menampilkan peran seorang istri yang selingkuh, ibu yang jahat, seolah mempertegas perempuan memang bertipikal buruk. Padahal kalau kita mau mencermati, perempuan lah yang menjadi objek penderita. Permpuan hanya dijadikan sebagai alat pemuas atau mesin pencetak uang bagi suatu golongan atau institusi dari eksploitasi dirinya.

Ketika kebebasan pers dilindungi undang-undang, insan pers dan pelaku bisnis media merasa mendapat angin segar atau jaminan untuk mengekspresikan karya atau tulisannya tanpa peduli layak atau tidak layak. Kelemahan intelektual kaum perempuan selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa perempuan harus mendapatkan prioritas utama dalam pendidikan. Karena pendidikan memegang peranan penting bagi pengembangan intelektual dan kecerdasan kaum perempuan. Sehingga perempuan tidak menjadi kaum yang marginal. Kesetaraan gender yang kita dengung-dengungkan selama ini hendaknya benar-benar menjadi jaminan bagi perempuan untuk setara dengan laki-laki terutama dalam bidang IPTEK, sehingga tidak menjadi bias gender.