"Sekarang kamu sedang mendengarkan Radio Universitas Tarumanagara (VOMS) Live Streaming dan juga dapat dinikmati via Radio 1098 AM"

Perempuan dalam Media Masa

Selasa, 28 September 2010



Baru-baru ini banyak isu tentang keesetaraan egndre, dan yang paling dominan yaitu Perempuan.
Belakangan saat SBY menjabat yang kedua kalinya sebagai Presiden RI jilid II, media banyak membicarakan komposisi peran perempuan dikabinet SBY jilid II.
Selain itu juga banyak yang benpendapat komposisi akan lebih banyak peran perempuan di kabinet Indonesia Bersatau Jilid II kali ini.

Sebut saja beberapa menteri yang terilih, yakni dari kalangan kaum Hawa, ari Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan, damun komposisi berubah saat Sri Mulyani yang menjabat Menteri Keuangan di ganti.
Beberapa kesetaraan gende menjadi topik utama dibeberapa media massa nasional.


APA AKIBAT KETIDAKSETARAAN DAN KETIDAKADILAN GENDER?
1. Penomorduaan (subordination).
2. Peminggiran (marginalisation).
3. Beban Ganda (double burden).
4. Kekerasan (violence).
5. Pelabelan Negatif (stereotype).
Beberapa perempuan diberitakan dimedia massa dari beberapa angle yang diambil seperti diatas.
Beberapa orang benpenapan citra perempuan dimedia massa, terkadang malah lebih tersudutkan oleh media itu sendiri, dalam proses pemberitaan ataupun dalam iklan, yang memuat perempuan didalamnya.
Sebagai contoh, menurut TAMRIN TAMAGOLA, menurutnya terdapat 5 citra perempuan dalam iklan media massa, antara lain:
1. CITRA PIGURA: perempuan sebagai sosok yang sempurna dengan bentuk tubuh ideal.
2. CITRA PILAR: perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga.
3. CITRA PERADUAN: perempuan sebagai objek seksual.
4. CITRA PINGGAN: perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur.
5. CITRA PERGAULAN: perempuan sebagai sosok yang kurang pede dalam bergaul.
Kita melihat dalam perjalanan perkembangan media baik itu media cetak atau elektronik, perempuan lebih banyak menjadi bahan berita bagi sebuah media.
Dalam hal ini, kita tidak dapat menilai pasti apakah perempuan memang suka untuk di ekspose atau memang perempuan dianggap sebagai suatu komoditi yang menjanjikan keuntungan. Terlihat jelas selama ini permpuan hanya dijadikan media iklan komersial untuk pencapaian keuntungan. Tidak hanya sampai disitu, dalam tayangan sinetron pada media TV sering sekali menampilkan peran seorang istri yang selingkuh, ibu yang jahat, seolah mempertegas perempuan memang bertipikal buruk. Padahal kalau kita mau mencermati, perempuan lah yang menjadi objek penderita. Permpuan hanya dijadikan sebagai alat pemuas atau mesin pencetak uang bagi suatu golongan atau institusi dari eksploitasi dirinya.

Ketika kebebasan pers dilindungi undang-undang, insan pers dan pelaku bisnis media merasa mendapat angin segar atau jaminan untuk mengekspresikan karya atau tulisannya tanpa peduli layak atau tidak layak. Kelemahan intelektual kaum perempuan selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa perempuan harus mendapatkan prioritas utama dalam pendidikan. Karena pendidikan memegang peranan penting bagi pengembangan intelektual dan kecerdasan kaum perempuan. Sehingga perempuan tidak menjadi kaum yang marginal. Kesetaraan gender yang kita dengung-dengungkan selama ini hendaknya benar-benar menjadi jaminan bagi perempuan untuk setara dengan laki-laki terutama dalam bidang IPTEK, sehingga tidak menjadi bias gender.

0 komentar:

Posting Komentar